Label

Jumat, 29 Januari 2016

cerpen adiwiyata-the rainbow forest



The Rainbow forest
                Sekilas dunia tersenyum jika para pujangga merangkai fatamorgana lewat dua ulasan yang mungkin adalah mimpi mereka. Mimpi yang membuat mereka terbang, membuat mereka meninggi hingga mencapai titik peack dalam hidupnya, ya mereka adaalah sebuah kolosa, sebuah barisan yang berjajar penuh realita, penuh kepastian dengan environment seperti yang aku tahu bahwa mereka adalah luar biasa, mereka adalah biadab dengan keterburukan sampah.

“Eh, Elo Restat, lagi ngapain? Kaya lagi jogging bareng rumput aja, ga takut kotor?” sapa Revan ketika tak sengaja melewati Restat yang lagi mondar mandir di lapangan.
“hmm kan ada Rinso, ngapain takut kotor kotor?” ledek Restat kala itu. Padahal dalam hatinya dia mengelus bahwaa sebuah etika modern datang begitu cepat, sehingga merekaa lupa akan dunianya, tanah kelahilannya yang butuh untuk diperhatikan. Seandaainya mereka adalaah naturalism aka mereka akan mendebat apa yang dikatakan Revan dan mensugesti apa yang aku lakukan.
“wah.. lagi lagi loe jadi sponsor. Haha dapet honor berapa? Sejuta? Atau semiliar? Elo itu terlalu cupu friends, takut ga punya temen apa?” ejek Revan sambil cengar cengir ta jelas, penuh senyuman.
“ Bukan Sponsor Bray, tapi aku itu care sama lingkungan. Care sama realita kalo aku harus cinta sama tanah, rumput daripada sama Elo ? ogah amat” ejek Restat sembari melempar rumput cabutan yang telah terkumpul ditangannya. Ya mereka bergurau seperti mereka berhasil dalam kompitisi wow hebat. Tapi ini hanya beberapa saat, karena saat itu segerombolan genk datang, siapa mereka? Jangan tanyakan itu sekarang. Ada yang lebih pentingdari itu.
“eh, Elo Elo cupu.. ikut yuk ke ladang babe tuwe gue, nanti ta jamin kalian bakal ketemu temen-teman Loe yang kumal dan kotor kotor” ejek Sesa, Melsa, Jeki dan para kawan segenknya. Kalau kalian bayangkan, emosi mereka akan naik tonggak. Ya itu adalah sebuah pernyataan yang penuh dengan ejekan… ya ya itu benar untuk Revan tapi tidak untuk Restat, Restat adalah orang yang benar benar bisa meredam emosi dengan kuat, kalau pristisenya adalaah ‘terlalu baik’.
“Apa-apaan Elo? Emang loe piker, gue jongos Elo? Hey sejak kapan Elo ngegaji gue? Boro boro ngegaji gue, disuruh bawa tanaman aja alasannya dari sabang sampai mereka, loe ga malu sama rumput-rumput itu, sama tanah ini. Loe bakal masuk tertutup ini tau !” sambil melempar tanah ke baju Sesa.
“heh? Apaan? Ta bilangin Babe gue, loe bakal dikeluarin dari sekolah !” Ancam Sesa dibantu dengan sulutan lidah dari temen-temennya yang menandakan bahwa dia ttelah menang kala itu. Telah menang dalam pertandingan yang paling bergensi luar biasa. Ada sedikit disana yang merespon dari percakapan itu, Revan tetap enjoy tak memperdulikan ancaman itu tetapi berbeda dengan Restat, yang berkali-kali merasa bersalah soal kejadian tadi.
####
“Res, Elo kenapa? Tumben Elo murung kek gini? Gue jadi ikut sedih ngerti” tanya Colin dengan nada memelas dan penuh iba.
“ Iya Res, Loe kenapa? Ga kaya biasanya loe sedih, cerita dong..” sambung Angelia.
“ ehem bener banget,, Loe keliatan murung lagi Sob” sambun Lykun
                Tanpa balasaan, Restat tetap diam, keliatannya banyak bergulung gulung masalah yang ada diotaknya, soal apa itu aku lebih tahu dari kalian. Jelas bahwa otaknya telah merangkai sebuah desus naturalisme. Bagaimanapun dia berfikir bahwa dia adalaah orang yang bertanggung jawab dalam lingkungan, sandang kader lingkungan telah melekat di badannya. Ga butuh sandang tapi dia ingin membuktikan bahwa ia adalah amazing dan bertanggung jawab. Hamper sepuluh menitan mereka bersimpang baur menghitung panjang dan radius keheran para sahabat karibnya menangkap apaa yang ada dipikirannya. Ga butuh dugaan tapi real nyatanya.
“ emm… ini soal Revan sob, dan soal Naturalisku” sambil nyengir sampai gurat senyumnya benar benar hanyut seperti dalam negeri dongeng.
“ ce ilaa.. sejak kapan kamu jadi peka kayak gini?” sambung Angelia
“wah wah si adek kembar, kakak kembar bangga loh… lanjutkan” ledek Colin
“ udah udah gini ceritanya, tadi kita itu ribut sama ganknya Sesa, dan mereka bilang bakal ngaduin ke Babenya yang berpengaruh itu, aku ga enak sama Revan gegara ngebelain aku. “ jawabnya dengan sedikit rangkain kata yang sengaja sengaja di perjelas “ soal Revan yang ngebantu aku nyabutin rumput, terus ya biasa mereka kan emang RESE. Emm gimana kalo kita usul ngadain lomba taman kelas?” unsul Restat penuh sumringah.
“ bener juga tuh, sekalian kita tunjukin ke mereka bahwa kita bukan CUPU. Dan cinta lingkungan itu luar biasa.” Mereka berbaris dan mereka mulai menghitung langkah mereka, ya mereka menuju ke ruang Kepsek. Tapi ga semudah yang berngembalikan tangan.  Mereka harus berdebat lebih tragis daripada yang biasa dia lakukan.
######
“ Elo aja  Col, Loe kan berani… “
Colin merasa semakin gemeteran, apalagi disambung dengan pernayataan bahwa dia adalah orang yang paling berani di sekian sahabat karibnya. Over Pede atau SKSD? Entahlah yang jelas dia mudah bersosialisasi ketimbang lainnya.
“Ah, ini kepala sekolah. Aku ga punya sesuatu yang wow..” jawabnya dengan nafas yang sengaja di sesak dan sekat.
“ Apaan sih? Masa Loe takut Cuma gara gara kaya gini? Ah ga kocak ah…” serobot Angelia.
“iya, iya.. tapi Restat depan gue, abis Restat baru gue, hehe” dengan senyuman yang gurat guratnya menggelikan.
“ ah sama aja itu… wow… hohhhh…” semua bersorak.
Seperti jauh bintang, jarak batas pelangi dan ketepatan warna pelangi, Restat lah yang paling awal bersimpang siur dengan kepsek. Banyak yang mereka bicarakan, banyak yang mereka perbincangkan, jauh tapi pasti, tepat tapi jelas, luar biasa tapi janggal. Ini bagi kalangan kaum minor. Butuh waktu yang cukup banyak.
“gimana gimana… disetujuin gak?” tanya Angelia.
“ emm… enggak…” mereka Nampak sedih, tetapi Restat malah cengar cengir. Pada menit ketiga Restat buka mulut “Enggak ditolak maksudku, cuman banyak yang harus kita persiapkan. “  
Semua girang, tetapi selang waktu mulai diam lagi.. “ terus gimana? Kita harus kasi tahu Revan !” simpul Colin.
“ Yu Uh. Sekarang ! kita temui Revan”.
#####
                Ternyata Tuhan lebih meridhoi lebih cepat, Tuhan temukan sejuta alur dan sketsa dalam hidup, tuhan memberi luar biasa diatas yang luar biasa. Atas apa? Atas kepastian dan kemanfaatan, atas kebenaran dan kebenaran.
“ Revan, kita mau ngadain lomba taman kelas…”
Semua diam, semua berarti “ wah kerned tuh.. udah nyebar deh kayaknya, aku baru aaja denger dari Sesa barusan” jawab Revan.
“wah kerned, terus Sesa gimana?” tanya Restat
“ Em, REstat bakalan hormat sama kita kalau kita bisa amazing dan acara itu bisa menembus peringkat wahid di acara bulanan ini.”
“ emangnya ada banyak acara ya bulan ini? “ tanya colin
“segudang.” Jawab Revan singkat.
“ ya udah, kita benar benar mulai daari sekarang.”
                Berbulan bulan sudah mereka banting kawat, banting besi, banting baja akhirnya tibalah pada pengumuman yang paling menegangkan. Selepas selepas upacara pengumuman lomba taman kelas adiwiyata yang paling bergengsi disambut dengan ketegangan dan keseriusan, beberapa dari mereka terdengar simpang siur yang begitu benar benar real dan jelas jelas pasti. Ada yang berkoceh dan mereka beberapa digit yang banyak liat presentase bocoran, tapi ini tidak menjabat dan membenarkan akan prestasi yang real sebelum pengumuman yang pasti.
“ hari ini, aku umumkan bahwa pemenang kegiata acara bergengsi di bulan ini adaalah …” semua tercengang dan tertegang. Siapa dan bagaimana…
“ Lomba taman Kelas yang  digelar oleh gabungan luar biasa, Revan, Restat, Colin, Lykun, Angelia…” up loas untuk mereka….
Prok prok prok….
“wah kita bakal dapat damai dari Sesa dong. Wah sesa kalah” pernyataan Revan tiba tiba nyaring terdengar.
“guys, kita damai” juluran tangan Sesa kala itu juga. Pelangi pelangi kerindangan telah menguap dan menyatu dalam lika kiku binary. The rainbow forest is amazing…. Luar biasa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar