The Rainbow forest
Sekilas
dunia tersenyum jika para pujangga merangkai fatamorgana lewat dua ulasan yang
mungkin adalah mimpi mereka. Mimpi yang membuat mereka terbang, membuat mereka
meninggi hingga mencapai titik peack dalam hidupnya, ya mereka adaalah sebuah
kolosa, sebuah barisan yang berjajar penuh realita, penuh kepastian dengan
environment seperti yang aku tahu bahwa mereka adalah luar biasa, mereka adalah
biadab dengan keterburukan sampah.
“Eh, Elo Restat, lagi ngapain? Kaya lagi jogging bareng
rumput aja, ga takut kotor?” sapa Revan ketika tak sengaja melewati Restat yang
lagi mondar mandir di lapangan.
“hmm kan ada Rinso, ngapain takut kotor kotor?” ledek Restat
kala itu. Padahal dalam hatinya dia mengelus bahwaa sebuah etika modern datang
begitu cepat, sehingga merekaa lupa akan dunianya, tanah kelahilannya yang
butuh untuk diperhatikan. Seandaainya mereka adalaah naturalism aka mereka akan
mendebat apa yang dikatakan Revan dan mensugesti apa yang aku lakukan.
“wah.. lagi lagi loe jadi sponsor. Haha dapet honor berapa?
Sejuta? Atau semiliar? Elo itu terlalu cupu friends, takut ga punya temen apa?”
ejek Revan sambil cengar cengir ta jelas, penuh senyuman.
“ Bukan Sponsor Bray, tapi aku itu care sama lingkungan.
Care sama realita kalo aku harus cinta sama tanah, rumput daripada sama Elo ?
ogah amat” ejek Restat sembari melempar rumput cabutan yang telah terkumpul
ditangannya. Ya mereka bergurau seperti mereka berhasil dalam kompitisi wow
hebat. Tapi ini hanya beberapa saat, karena saat itu segerombolan genk datang,
siapa mereka? Jangan tanyakan itu sekarang. Ada yang lebih pentingdari itu.
“eh, Elo Elo cupu.. ikut yuk ke ladang babe tuwe gue, nanti
ta jamin kalian bakal ketemu temen-teman Loe yang kumal dan kotor kotor” ejek
Sesa, Melsa, Jeki dan para kawan segenknya. Kalau kalian bayangkan, emosi
mereka akan naik tonggak. Ya itu adalah sebuah pernyataan yang penuh dengan
ejekan… ya ya itu benar untuk Revan tapi tidak untuk Restat, Restat adalah
orang yang benar benar bisa meredam emosi dengan kuat, kalau pristisenya
adalaah ‘terlalu baik’.
“Apa-apaan Elo? Emang loe piker, gue jongos Elo? Hey sejak
kapan Elo ngegaji gue? Boro boro ngegaji gue, disuruh bawa tanaman aja
alasannya dari sabang sampai mereka, loe ga malu sama rumput-rumput itu, sama tanah
ini. Loe bakal masuk tertutup ini tau !” sambil melempar tanah ke baju Sesa.
“heh? Apaan? Ta bilangin Babe gue, loe bakal dikeluarin dari
sekolah !” Ancam Sesa dibantu dengan sulutan lidah dari temen-temennya yang
menandakan bahwa dia ttelah menang kala itu. Telah menang dalam pertandingan
yang paling bergensi luar biasa. Ada sedikit disana yang merespon dari
percakapan itu, Revan tetap enjoy tak memperdulikan ancaman itu tetapi berbeda
dengan Restat, yang berkali-kali merasa bersalah soal kejadian tadi.
####
“Res, Elo kenapa? Tumben Elo murung kek gini? Gue jadi ikut
sedih ngerti” tanya Colin dengan nada memelas dan penuh iba.
“ Iya Res, Loe kenapa? Ga kaya biasanya loe sedih, cerita
dong..” sambung Angelia.
“ ehem bener banget,, Loe keliatan murung lagi Sob” sambun
Lykun
Tanpa
balasaan, Restat tetap diam, keliatannya banyak bergulung gulung masalah yang
ada diotaknya, soal apa itu aku lebih tahu dari kalian. Jelas bahwa otaknya
telah merangkai sebuah desus naturalisme. Bagaimanapun dia berfikir bahwa dia
adalaah orang yang bertanggung jawab dalam lingkungan, sandang kader lingkungan
telah melekat di badannya. Ga butuh sandang tapi dia ingin membuktikan bahwa ia
adalah amazing dan bertanggung jawab. Hamper sepuluh menitan mereka bersimpang
baur menghitung panjang dan radius keheran para sahabat karibnya menangkap apaa
yang ada dipikirannya. Ga butuh dugaan tapi real nyatanya.
“ emm… ini soal Revan sob, dan soal Naturalisku” sambil
nyengir sampai gurat senyumnya benar benar hanyut seperti dalam negeri dongeng.
“ ce ilaa.. sejak kapan kamu jadi peka kayak gini?” sambung
Angelia
“wah wah si adek kembar, kakak kembar bangga loh… lanjutkan”
ledek Colin
“ udah udah gini ceritanya, tadi kita itu ribut sama ganknya
Sesa, dan mereka bilang bakal ngaduin ke Babenya yang berpengaruh itu, aku ga
enak sama Revan gegara ngebelain aku. “ jawabnya dengan sedikit rangkain kata
yang sengaja sengaja di perjelas “ soal Revan yang ngebantu aku nyabutin
rumput, terus ya biasa mereka kan emang RESE. Emm gimana kalo kita usul ngadain
lomba taman kelas?” unsul Restat penuh sumringah.
“ bener juga tuh, sekalian kita tunjukin ke mereka bahwa
kita bukan CUPU. Dan cinta lingkungan itu luar biasa.” Mereka berbaris dan
mereka mulai menghitung langkah mereka, ya mereka menuju ke ruang Kepsek. Tapi
ga semudah yang berngembalikan tangan.
Mereka harus berdebat lebih tragis daripada yang biasa dia lakukan.
######
“ Elo aja Col, Loe
kan berani… “
Colin merasa semakin gemeteran, apalagi disambung dengan
pernayataan bahwa dia adalah orang yang paling berani di sekian sahabat
karibnya. Over Pede atau SKSD? Entahlah yang jelas dia mudah bersosialisasi
ketimbang lainnya.
“Ah, ini kepala sekolah. Aku ga punya sesuatu yang wow..”
jawabnya dengan nafas yang sengaja di sesak dan sekat.
“ Apaan sih? Masa Loe takut Cuma gara gara kaya gini? Ah ga
kocak ah…” serobot Angelia.
“iya, iya.. tapi Restat depan gue, abis Restat baru gue,
hehe” dengan senyuman yang gurat guratnya menggelikan.
“ ah sama aja itu… wow… hohhhh…” semua bersorak.
Seperti jauh bintang, jarak batas pelangi dan ketepatan
warna pelangi, Restat lah yang paling awal bersimpang siur dengan kepsek.
Banyak yang mereka bicarakan, banyak yang mereka perbincangkan, jauh tapi
pasti, tepat tapi jelas, luar biasa tapi janggal. Ini bagi kalangan kaum minor.
Butuh waktu yang cukup banyak.
“gimana gimana… disetujuin gak?” tanya Angelia.
“ emm… enggak…” mereka Nampak sedih, tetapi Restat malah
cengar cengir. Pada menit ketiga Restat buka mulut “Enggak ditolak maksudku,
cuman banyak yang harus kita persiapkan. “
Semua girang, tetapi selang waktu mulai diam lagi.. “ terus
gimana? Kita harus kasi tahu Revan !” simpul Colin.
“ Yu Uh. Sekarang ! kita temui Revan”.
#####
Ternyata
Tuhan lebih meridhoi lebih cepat, Tuhan temukan sejuta alur dan sketsa dalam
hidup, tuhan memberi luar biasa diatas yang luar biasa. Atas apa? Atas
kepastian dan kemanfaatan, atas kebenaran dan kebenaran.
“ Revan, kita mau ngadain lomba taman kelas…”
Semua diam, semua berarti “ wah kerned tuh.. udah nyebar deh
kayaknya, aku baru aaja denger dari Sesa barusan” jawab Revan.
“wah kerned, terus Sesa gimana?” tanya Restat
“ Em, REstat bakalan hormat sama kita kalau kita bisa
amazing dan acara itu bisa menembus peringkat wahid di acara bulanan ini.”
“ emangnya ada banyak acara ya bulan ini? “ tanya colin
“segudang.” Jawab Revan singkat.
“ ya udah, kita benar benar mulai daari sekarang.”
Berbulan
bulan sudah mereka banting kawat, banting besi, banting baja akhirnya tibalah
pada pengumuman yang paling menegangkan. Selepas selepas upacara pengumuman
lomba taman kelas adiwiyata yang paling bergengsi disambut dengan ketegangan
dan keseriusan, beberapa dari mereka terdengar simpang siur yang begitu benar
benar real dan jelas jelas pasti. Ada yang berkoceh dan mereka beberapa digit
yang banyak liat presentase bocoran, tapi ini tidak menjabat dan membenarkan
akan prestasi yang real sebelum pengumuman yang pasti.
“ hari ini, aku umumkan bahwa pemenang kegiata acara
bergengsi di bulan ini adaalah …” semua tercengang dan tertegang. Siapa dan
bagaimana…
“ Lomba taman Kelas yang
digelar oleh gabungan luar biasa, Revan, Restat, Colin, Lykun, Angelia…”
up loas untuk mereka….
Prok prok prok….
“wah kita bakal dapat damai dari Sesa dong. Wah sesa kalah”
pernyataan Revan tiba tiba nyaring terdengar.
“guys, kita damai” juluran tangan Sesa kala itu juga.
Pelangi pelangi kerindangan telah menguap dan menyatu dalam lika kiku binary.
The rainbow forest is amazing…. Luar biasa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar